Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

FRANKENSTEIN: Ambisi Melahirkan Petaka

 


Sudah lama saya tertarik untuk membaca Frankenstein karya Mary Shelley, tapi baru akhir-akhir ini buku tersebut akhirnya bisa saya selesaikan.

Jadi, buku ini dipublikasikan pertama kali pada tahun 1818 tanpa nama pengarang, kemudian di tahun 1831 nama Mary muncul di terbitan edisi kedua.

Buku tersebut menceritakan seorang pemuda bernama Victor Frankenstein yang cerdas dan berbudi luhur. Lahir di keluarga terpandang dan tanpa cela. Memiliki kemewahan yang tidak semua orang dapatkan pada zaman itu, Victor dengan rasa ingin tahunya yang tinggi memutuskan untuk mendalami ilmu pengetahuan alam di Universitas Ingolstadt atas dukungan penuh keluarganya.

Dia memperkenalkan diri kepada profesor-profesor tempat ia belajar. Bermodalkan pengetahuan yang sudah ia pelajari sewaktu di rumah melalui buku karya Agrippa, Parcelsus dan Albertus Magnus, membuatnya mudah diterima oleh profesornya dan akan mendukung riset yang dilakukan Victor.

Victor begitu tertarik dengan wujud lahiriah benda-benda, sisi batiniah alam semesta serta jiwa manusia yang misterius; metafisika, atau rahasia dunia terhadap hal-hal ragawi. 

Kematian ibunya menjadi inspirasi untuk melenyapkan penyakit dan membuat manusia kebal dari apa pun kecuali ajal yang nahas. Ambisi dan ketekunan Victor dalam menghidupkan makhluk akhirnya terbayar. Makhluk tersebut berhasil hidup dengan menerapkan Teori Galvanisme yang dicetuskan Luigi Galvani (ahli anatomi Italia), penggunaan aliran listrik pada jaringan tubuh, yang bisa menyebabkan terjadinya kontraksi otot. 

Namun, alangkah terkejutnya Victor tatkala melihat keburukan rupa makhluk yang diciptakannya. Dia langsung melarikan diri keluar dari laboratorium dan menghindari ruangan tersebut untuk beberapa lama. Dia pun menderita depresi hebat. Merasa apa yang diperjuangkan sia-sia.

"Mengejar ilmu pengetahuan adalah tindakan yang sangat berbahaya. Jauh lebih berbahagia orang yang menganggap kota tempat tinggalnya sebagai dunianya, ketimbang dia yang bercita-cita menjadi manusia hebat tapi melawan kodratnya."

Dalam masa-masa sulitnya menerima makhluk ciptaannya tersebut, dia ditemani sahabat masa kecilnya, Henry Clerval. Henry tidak bertanya alasan apa yang mendasari berubahnya tingkah Victor. Henry setia menemani Victor sampai Victor memutuskan untuk pulang ke Jenewa karena adiknya yang bernama William meninggal. 

"Bilamana ilmu yang kau tekuni cenderung mengendurkan rasa kasih sayangmu, dan merusak kenikmatan hidupmu yang paling sederhana sekalipun, ilmu itu tidak sah-dengan kata lain, ilmu itu tak sesuai bagi jiwa manusia."

Meninggalnya William membawa duka yang mendalam bagi Victor. Dia merasa si makhluk atau monster yang diciptakannyalah yang membunuh William. Semakin terpuruk pula Victor menanggung sesal dan rasa bersalah saat mengetahui orang lain yang dituduh membunuh hingga dijatuhi hukuman mati.

"Jikalau dusta menyerupai kebenaran, siapa yang bisa menjamin kebahagiaan kita?"

Amarah Victor meledak. Dia ingin segera melenyapkan si monster. Dicarinya si monster ke penjuru wilayah Swiss, hingga akhirnya si monster muncul. Amarah keduanya sama meledak. Si monster merasa hidupnya tidak adil. Semua menolak kehadirannya, bantuan dan kasih sayang yang dicurahkan kepada manusia tidak dibalas dengan baik. Dia dikucilkan dan dianggap jahat. Terlebih setelah bertemu penciptanya yang juga ingin melenyapkannya, dia merasa hidupnya sungguh merana dan kesepian.

"Semua manusia benci pada makhluk buruk rupa. Maka bayangkanlah betapa bencinya mereka kepadaku, makhluk paling celaka dari semua makhluk hidup! Bahkan engkau, penciptaku, membenci dan menampik aku, makhluk ciptaanmu sendiri, dengan segenap keangkuhanmu. Oh Frankenstein, janganlah kau berlaku adil kepada makhluk lain, sedangkan aku kau injak-injak. Justru akulah yang paling berhak memperoleh keadilan darimu, bahkan kemurahan hati dan kasih sayangmu. Sejauh mataku memandang, aku menyaksikan kebahagiaan, tapi hanya akulah yang tersisih daripadanya. Dahulu aku baik dan pemurah, kini derita telah menjadikanku makhluk jalang. Buatlah aku bahagia, maka aku akan hidup kembali dalam kebajikan."

Begitulah kiranya sudut pandang dari si monster. Jalan ceritanya masih begitu panjang. Tapi tidak mungkin saya menjelaskan isi buku tersebut di sini.

Buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca. Saya membaca versi terjemahan Bahasa Indonesia yang menurut saya, terjemahannya sangat bagus dan mudah dipahami. Poin tambahannya adalah si penerjemah banyak menyisipkan diksi yang jarang dipakai yang membuat saya harus bolak-balik mengecek KBBI untuk tahu artinya.

Menurut informasi, Netflix akan merilis film Frankenstein di aplikasi pada tanggal 7 November 2025.



Rahmalia Fauza
Rahmalia Fauza On ne voit bien qu'avec le cœur. L'essentiel est invisible pour les yeux.

Posting Komentar untuk "FRANKENSTEIN: Ambisi Melahirkan Petaka"