Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lepto, Jangan Begitu!

Ilustrasi

Di sebuah desa, sawah-sawah mulai menguning. Bulir-bulir padi telah  tumbuh.

“Didi, lihatlah bulir-bulir kita sudah tumbuh!” seru Ory.

“Iya, Ry. Aku tidak sabar untuk dipanen Pak Tani.”

Ory dan Didi mempunyai sahabat baik bernama Zinnia. Dia adalah bunga kertas yang cantik.

Mereka telah bersahabat sejak Ory dan Didi masih kecil. Saat ini, mereka menikmati sore dengan bernyanyi bersama.

“Zinnia, kenapa Pak Tani menanammu di sini?” tanya Ory penasaran.

“Karena aku memiliki suatu tugas. Nanti kalian akan tahu sendiri," jelas Zinnia.

Di kejauhan, tampak sekelompok walang sangit beterbangan. Mereka mengamati bulir-bulir padi yang sudah tumbuh. 

"Ayo kita habiskan semua bulir padi itu!” seru  Lepto kepada kawan-kawannya.

Sampailah Lepto dan teman-temannya di areal persawahan. Lepto  mendarat di daun milik Ory.

“Hai Lepto, “ sapa Ory.

“Kau dan teman-temanmu ingin bernyanyi bersama kami?” tanya Didi.

“Tidak. Kami di sini ingin menghisap bulir padi kalian,” balas Lepto.

“Silakan, tapi kita harus membuat perjanjian dulu, bagaimana?” tawar Didi.

Didi mencoba membuat perjanjian dengan Lepto.

“Oke, baiklah. Apa perjanjiannya?” tanya Lepto.

Didi menjawab, “Setiap dari kalian hanya boleh menghisap lima bulir. Apa kau setuju, Lepto?”

Lepto melirik teman-temannya meminta pertimbangan.

"Kami setuju dengan usulanmu, Didi," kata Lepto.

"Baiklah. Silakan hisap lima bulir padi kami.”

Didi dan Ory mengijinkan, begitu juga teman-temannya.

Lepto dan teman-temanya hinggap di bulir padi. Mereka segera menghisap cairan yang ada di dalamnya.

Satu per satu bulir padi dihisap oleh mereka. Tetapi, setelah bulir yang kelima mereka tidak berhenti.

Dokumentasi pribadi

Ory dan Didi gelisah.

“Hei, mengapa kalian masih menghisap bulir kami?” tanya Ory.

“Karena bulir  kalian sangat lezat. Kami ingin menghabiskan semuanya. Hahahaha,” jawab Lepto dengan  tawanya yang sombong.

"Kalian berbohong! Tolong berhenti. Nanti anak-anak tidak bisa makan nasi.” Didi memohon kepada Lepto dan teman-temannya.

“Kami tidak peduli.” Dengan rakus, Lepto dan reman-temannya tetap menghisap bulir padi.

Ory dan Didi menangis.

Zinnia segera membangunkan temannya, Neo si laba-laba. Dia tinggal di sekitar tubuh Zinnia.

Dokumentasi pribadi

“Neo, bangun. Ory dan Didi butuh pertolonganmu.”

Dengan panik, Neo langsung terbangun. Dia memanggil teman laba-labanya untuk ikut membantu Ory dan Didi.

“Hai kalian para walang sangit. Hentikan perbuatan kalian! Jangan menyakiti teman kami!” teriak Neo.

"Siapa yang menyakiti teman kalian? Justru kami membantu mereka menghabiskan bulir padinya,” balas Lepto.

"Itu yang membuat mereka menangis. Ke sini kalian!"

“Tidak mau!”

Neo dan teman-temannya kesal. Mereka menghampiri para walang sangit. Mereka melompat dari daun satu ke daun lain.

Lepto dan teman-temannya segera terbang menghindar. Tapi, tidak bisa jauh karena kekenyangan.

Para laba-laba berpencar. Mereka membuat jaring-jaring perangkap.

Sementara itu, Neo mengejar Lepto.

Lepto menoleh ke belakang. Jarak mereka semakin dekat!

Saat lepto menoleh ke depan, Aww!

Lepto terperangkap jaring, dia tidak bisa lepas. Teman-teman Lepto juga terperangkap.

Neo telah membawa Lepto ke pematang sawah dan bertemu dengan Zinnia.

"Aku serahkan ke kamu, Zinnia."

Dokumentasi pribadi

"Tahu kesalahan apa yang kamu buat, Lepto?" tanya Zinnia.

"Aku tidak melakukan kesalahan apapun,” jawab Lepto tanpa rasa takut.

"Kami telah membuat kesepakatan dengan Lepto.  Hanya lima bulir kami yang boleh dihisap. Namun, mereka menghisap lebih dari itu," kata Didi.

Lepto membela diri. "Tidak benar. Aku menghisap bulir-bulir  mereka karena sudah diijinkan."

Zinnia melerai keduanya.

"Lepto, kamu yang salah karena ingkar janji. Aku melihat semuanya.”

Neo ikut berbicara. “Aku akan melepaskanmu dan teman-temanmu, jika kamu meminta maaf.”

Lepto merasa terpojok dan menyesali perbuatannya.

Akhirnya, Lepto meminta maaf kepada Ory dan Didi. "Maafkan aku. Aku menyesali perbuatanku. Aku tidak akan mengulangi lagi kesalahanku."

"Kami memaafkanmu, Lepto."

Zinnia menghembuskan napas lega. Mereka semua berdamai.

Jeratan jaring dari tubuh para walang sangit dilepaskan. Lepto dan teman-temannya terbang meninggalkan areal persawahan.

“Terimakasih Neo, telah menolong kami,” kata Didi.

“Tidak masalah, itu sudah tugas kami. Lepto dan teman-temannya adalah makanan kami. Saat ini mereka kami lepaskan. Kami masih kenyang,” jawab Neo.

“Begitu rupanya. Apakah kalian tinggal di tubuh Zinnia?” tanya Ory.

“Iya benar. Zinnia dan teman-temannya sangat baik. Saat kami masih kecil, mereka memberikan serbuk sarinya. Kami senang karena mendapatkan makanan tambahan. Terimakasih Zinnia,” kata Neo.

“Sama-sama Neo,” jawab Zinnia.

“Pak Tani menanam kami bukan tanpa tujuan. Saat kami mekar, Neo dan teman-temannya datang. Mereka memakan serbuk sari kami. Bahkan, mereka tinggal di sini,” jelas Zinnia.

“Mereka akan melindungi kalian dari serangga nakal. Salah satunya dari  para walang sangit tadi. Sehingga, bulir-bulir kalian bisa dipanen. Akhirnya, Pak Tani  pun bisa memanen padi dengan senang dan anak-anak bisa makan nasi,” tambah Zinnia.

“Sekarang aku tahu tugasmu Zinnia,” kata Ory.

Ory, Didi dan Zinnia kembali menyanyi bersama. Sedangkan, Neo dan teman-temannya melanjutkan tidurnya.


Cerita di atas merupakan cerita yang ditulis dan diilustrasikan oleh kami bertiga, Alexandra Devi (@imdevipa_art), Komariatul Anjani (@komariatul), dan Rahmalia Fauza yang terilhami inginnya kami mengenalkan dunia pertanian kepada anak-anak. 

Cerita di atas juga sempat diikutkan dalam Sayembara Menulis Buku Anak yang diselenggarakan oleh Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud pada tahun 2021.

Rahmalia Fauza
Rahmalia Fauza On ne voit bien qu'avec le cœur. L'essentiel est invisible pour les yeux.

Posting Komentar untuk "Lepto, Jangan Begitu!"